BERBAGI BERSAMA



Akhirnya hari yang ku nanti-nanti datang juga, it’s time to go home^^.... sebenernya masih 1 bulan aku berada di malang, tapi daripada di malang gak da temennya mendingan pulang z. Bisa bertemu teman-teman sekalian bantuin ortu di rumah.

Rencananya pagi ni aku ma Dinka mo pulang naik kereta api. Soalnya murah, banyak yang jualan(jaga-jaga apa bila kelaperan di kendaraan), trus gak bikin mabuk (maklum suka mabuk darat pabila naik bus). Bangun pagi-pagi, klo biasanya molet-molet gak karuan dulu tapi pagi ni langsung masuk kamar mandi..soalnya gawat kalo dapat antrian mandi paling belakang, dan tak lupa menggosok gigi hehehee... setelah beres semua segera aku pamitan ma kakak2 kosku tercinta yang jumlahnya bejibun gak keitung,cipika cipiki, suasananya berubah menjadi sedih trus aku langsung z cabut dari kosan (soalnya banyak titipan oleh-oleh, di kawatirkan budget yang dah di sediakan tidak cukup)..

Karena jalan di depan kosku di pindah fungsikan menjadi pasar,akupun liat-liat dulu di pasar. Ada penjual ikan (warning!!!klo lewat pasar gak usah pake parfum,dah da parfum gratis cap ikan asiiin^^P), penjual baju, penjual makanan, penjual jajan, pokoknya macem-macem deh. Aku memutskan untuk membeli kue molen kesukaanku, buat saraa entar di stasiun. Kue molen emang enak kalau dinikmati pas anget. Heeeum..kriuk kriuk di luarnya,empuk di dalam. Itulah kue molen. Nyam..nyam

Sampai di stasiun aku langsung melahap semua kue molenku. Perutku sudah keroncongan rasanya, perih. Takut kalo ntar jadi maag, bisa berabe urusannya ma bonyok. Bisa-bisa gak boleh kuliah ntar,huuh gawat. Untuk itu dengan tanpa ampun aku lahap semuanya tanpa tersisa. Stasiun tak seperti biasanya,tidak begitu di penuhi dengan orang-orang yang hendak bepergian. Begitu masuk kereta kami langsung mendapatkan tempat duduk, kalo di hari-hari padat kami harus membooking tempat dudukdari penumpang lain yang hendak turun. Jadi gak perlu repot-repot berdiri, sekaligus mengurangi resiko kecopetan. Maklum beberapa waktu yang lalu ada temanku yang baru saja kecopetan,bukan hanya dompet yang di copet tapi hape juga ikutan di copet. Hal itu membuatku tambah was-was buat mudik naek kereta api. Kata temenku yang nyopet bukan orang dewasa, melainkan seorang anak kecil seusia SMP. Gila!!! Zaman skarang bukan hanya preman aja yang nyopet, tapi anak kecil juga sudah di ajari nyopet. Mo jadi pa negeri ni????

Bukan hanya pencopet yang ada dalam kereta, tapi juga seumpulan pedagang asongan. Mulai dari penjaja koran, buku, lumpia, pecel, sate 02, film terbaru juga ada cui, gak ketinggalan pedagang minuman dingin..

“ Yang dingin yang dingin...susu coklat, stroberi, melon,,, suegeeerrrrrrrr...”

Dari para pedagang itu yang paling aku nanti-nanti adalah pedagang lumpia,soalnya lumpianya beda. Enaaak....

Saat asik bercerita tentang ibu temanku yang tidak bisa naek motor ( hare gene gak bisa aek motor!!!??peace tante), aku melihat seorang pengamen. Dari jauh aku melihat pengamen itu. Seorang kakek tua, keriput, sekitar berumur 80 tahun, berpakaian lusuh, kotor, mengalungkan tape recorder di pundaknya yang berukuran lumayan besra, berjalan tertatih tatih sambil bernyanyi sesuai alunan lagu yang keluar dari tape itu sambil sesekali menyeka air yang keluar dari matanya. Hatiku tersentuh sekaligus sedih melihat kakek itu. Tak semestinya orang tua seumuran kakek itu bekerja membanting tulang, pindah dari kereta satu ke kereta yang lain. Dari tubuhnya dapat di lihat betapa ringkihnya kakek itu, tapi kakek tetap semangat mencari uang demi sesuap nasi untuk anak, istri dan cucu-cucunya.


“Kakek di mana anak-anakmu?? Apakah mereka tidak bekerja untukmu??mana tanggung jawab mereka??tak seharusnya kakek disini” batinku menjerit. Memang kehidupan ini sangat tidak adil. Aku tak bisa membayangkan apabila nanti kakek masih harus membayar kepada preman penguasa kereta ini, lalu apa bagian kakek nanti?? Dimana keadilan ini?? Orang tua harus bekerja tetapi mereka yang muda hanya duduk dan mengatungkan tangan meminta uang.

Pikiranku tak henti-hentinya berpikiran tentang kakek. Seumuran kakek tidak seharusnya bekerja, menahan panas matahari, menyeka peluh keringat yang keluar dari dahinya. Kakek seharusnya duduk santai di rumah, menikmati sisa hidup penuh kebahagiaan dengan anak cucucnya. Maafkan aku kakek karena tidak bisa berbuat apa-apa untukmu.

Memang sekarang sudah banyak ketidakadilan terjadi. Terakhir ketik aku jalan-jalan ke Matos aku pernah menjumpai anak kecil yang menurut pengamatanku masih seumuran anak SD kelas4 dengan pakaian lusuh menjajakan dagangannya di area parkir Matos. Hatiku makin tersentuh ketika sadar anak itu sedang membaca sebuah buku pelajaran. Walaupun anak itu tak mempu tapi semangatnya untuk terus belajar tetap tinggi.anak kecil yang seharusnya bermain dan bersenang-senang bersama teman-temannya, tapi ia malah bekerja untuk membantu ibunya. Hal itu memberi pelajaran buatku. Aku yang terlahir dengan semua yang tercukupi tapi aku tak pernah bersyukur, tak pernah bersemangat untuk belajar, belum bisa membuat orang tua bangga padaku. Mungkin agar kita sukses kita harus melalui masa sulit dulu.

Hanya satu pintaku kepada para pembaca untuk dapat menyumbangkan sebagian dari riski untuk orang-orang di sekeliling kita yang kurang mampu. Sebenarnya orang yang tidak mampu lebih baik. Tidak salah jika Rasululloh lebih senag berada diantara orang –orang yang miskin. Aku sudah tahu alasannya sekarang.

Semoga dengan pengalaman ini aku bisa berubah menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Amien...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen "Cinta Terakhir Keysa" (teenlit)

Masa KAnak-KanakQ

PIDATO KESEHATAN