My Country, Trenggalek

Sudah sejak lama sebenarnya saya ingin menulis beberapa patah kata tentang Trenggalek. Tetapi karena terlalu banyak kegiatan (baca:malas) yang menghadangku maka tulisan ini baru saya tulis tadi malam. Ya tentu saja dengan banyak beralih pada hal lain, facebook misalnya dan novel romantis yang sedang saya baca. Sebuah novel yang ku pinjam dari kakak kos berjudul The Sadness Winter in Korea. Sudah dapat ditebak dimana setting novel ini berada. Orang Indonesia memang sedang demam korea, bahkan banyak novel-novel yang orang Indonesia tulis mengambil setting di korea atau Negara lain. Betapa sedikitnya rasa cinta tanah air dari orang Indonesia sekarang. Saya sebagai orang Indonesia merasa turut prihatin atas keadaan ini. Saya mencoba menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan melihat kelebihan apa yang dimiliki oleh negaraku, terutama kotaku sendiri, Trenggalek. Setidaknya siapa lagi yang cinta akan negaraku, kotaku, dan desa tempat kelahiranku selain saya sendiri sebagai anak bangsa. Karena saya yakin Indonesia adalah sebuah Negara yang memiliki alam sekaligus budaya yang sangat kuat dan menarik, tidak kalah dengan Negara Korea. Bukan berarti saya tidak suka dengan Korea, saya juga salah satu manusia di muka bumi ini yang menyukai KPOP, tetapi KPOP tak lantas mengubah jati diriku sebagai orang Indonesia sejati.

Trenggalek. Walaupun banyak orang yang memandang sebelah mata tentang Trenggalek, tetapi saya yakin mereka mengatakan itu karena sebenarnya mereka iri dengan Trenggalek. Misalnya saja mereka mengatakan Trenggalek itu ndeso. Itu mereka katakana karena mereka tinggal di kota yang notabene sangat ramai dan sumpek. Trus apa hubungannya?? Nah itu, masalahnya, gue g tau hubungannya. Tapi gini, orang kota yang sumpek kalau mau mudik kemana? Ke desakan? Karena kebanyakan orang kota berasal dari desa, namun setelah sukses mereka mengelak mengakui diri sendiri bahwa mereka berasal dari desa.

Kenyataannya teman-teman saya yang mengatakan hal di atas, memilik keluarga yang tinggal di Trenggalek. Jika keluarga mereka berasal dari Trenggalek, sebut saja nenek, bisa jadi semasa kecil mereka tumbuh dan berkembang di suasana desa yang saat ini mereka coba elak. Sungguh naïf.

Satu hal yang saya ingat dari Trenggalek adalah ijo. Ijo bisa diartikan sebagai ladang hijau yang terhampar di sekeliling mata memandang. Bisa juga diartikan sebagai daerah yang masih perawan. Masih bersih, segar, dan bisa dijadikan sebagai referensi tempat untuk menghabiskna masa tua (baca: pensiun). Kota yang sangat tenang, jauh dari terror, dengan atmosfer yang cocok untuk bersantai, dan itulah yang selalu aku rindukan dari Trenggalek.

Pemandangan yang pertama kali menyambutku saat masuk kota Trenggalek adalah hamparan sawah dengan padi yang menguning (baca: musim panen). Saya teringat pada saat saya masih sekolah di Taman Kanak-kanak. Pada saat itu sedang musim tanam. Ayah, ibu, kakek (Alm), nenek, paman, dan kedua buruh tani tengah ramai menyambut musim tanam di sawah dengan para petani lain. Musim tanam biasanya bersamaan dengan musim hujan. Sawah yang berpetak-petak selalu dipenuhi dengan air hujan yang bercampur dengan lumpur. Dibayanganku air hujan itu adalah kolam renang yang berlimpah air. Dengan gembiranya saya bermain air, guling sana, guling sini. Walaupun kakekku sudah melarang dengan mengancam nanti badannya gatal semua, tetapi aku cuek saja dan meneruskan gaya seluncur terbaruku. Alhasil setiba di rumah badanku merah-merah semua.

Banyak tempat-tempat hijau yang sering aku kunjungi di Trenggalek, dan yang palin sering tentu saja ladang. Selain itu ada pegunungan, dan laut-lautnya yang indah. Ada panta prigi, yang berdekatan dengan pantai pasir putih dan karanggongso di kecamatan Watulimo. Selain itu ada pantai Pelang di kecamatan Panggul, dan satu pantai lagi di Munjungan. Di kecamatan Watulimo juga ada objek wisata Gua Lawa yang di dalamnya hidup kelelawar, namun saya belum membuktikan sendiri kebenarannya.
suasana pegunungan di Bendungan


sawahku pada musim panen

mini waterfall, di jalan Trenggalek-Ponorogo, Kecamatan Tugu, Trenggalek
it's real riverside
rumahku di bawah gunung dalam gambar ini
semangpa!! semangat paman
pelangi di depan rumah, di atas genteng tetangga



Kota kelahiran selayaknya keluarga yang selalu menaungi dan tempat kita kembali. So, love your country.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen "Cinta Terakhir Keysa" (teenlit)

Masa KAnak-KanakQ

PIDATO KESEHATAN