KU TITIPKAN CERITAKU DI JOGJA



I’m fully enjoying Jogja, very, karena Jogja membuatku bertemu denganmu

 
Alunan lagu Evie Tamala mengiringi laju bus yang membawaku menuju tanah para raja itu, Jogja. Kota yang pernah menjadi ibu kota bangsa Indonesia dan kota yang selalu menghantui anganku akan suasananya. Suasana yang mengatakan bahwa Jogja adalah rumahku sendiri, tempat kelahiranku, hembusan nafasku, dan disanalah kelak aku akan kembali. Jogja adalah aku sejak pertama kali aku mengenalnya. Jogja dan inilah aku.

Sambutan pagi hari di kota Jogja adalah bus Trans Jogja. Ternyata tidak hanya Jakarta yang memiliki Busway, Jogja juga tidak mau kalah dalam hal system transportasi. Transjogja mungkin sama peranannya dengan angkot di kota-kota lain, seperti Malang dan Surabaya. Dengan biaya yang terjangkau, 3000 untuk sekali jalan, penumpang tidak hanya diantarkan tepat sampai tujuan tetapi juga diberikan fasilitas kenyamanan yang maksimal, seperti tempat duduk yang nyaman plus AC. Tidak hanya itu, petugas yang menjaga di setiap terminal sangat ramah dan dengan sabar menjelaskan rute yang harus kita tempuh untuk menuju tempat tujuan kita.

Aku dan temanku Rista Rusdianawati tiba di kota Jogja cukup pagi, masih sedikit penumpang yang berada dalam satu bus dengan kami. Hanya ada sepasang kakek nenek yang duduk berdampingan seakan mereka tidak terpisahkan. Dalam hati aku iri dengan kakek nenek itu. Aku iri karena sampai sekarang aku masih belum bisa menemukan arti dari cinta itu sendiri. Iri karena dalam kamusku cinta itu luka, dan aku berada dalam lingkaran stereotip yang menyedihkan ini.

Pikiranku semakin terbang ke arah dahan-dahan pohon yang menjulang di sepanjang jalanan kota Jogja dan berhenti pada sebuah pertanyaan “Apa tujuanku yang sebenarnya datang ke Jogja?” benarkah hanya untuk sebuah tugu yang bahkan aku sendiri tidak tahu apakah dia mengenalku, atau untuk seseorang yang baru saja aku temui 4 bulan terakhir yang bahkan aku sendiri tidak tahu apakah dia benar-benar mengingatku. Lamunanku segera berhenti seiring berdecitnya roda busway yang menurunkanku di Taman Pintar Jogjakarta. Sedikit berjalan, cukup jauh, hingga membawa kami ke penginapan yang menurut saya cukup menyeramkan.

Sebut saja penginapan hantu adalah penginapan yang mungkin masih memiliki kamar kosong saat itu. Dengan model bangunan ya bisa dibilang tua, ubin marmer yang sedikit berwarna coklat suram karena jarang dipel, warna dinding yang senada dengan warna marmer dan korden lama yang warnanya sudah mulai pudar mampu membuat bulu kuduk siapa saja berdiri. Tidak hanya itu ternyata ada salah satu kamar yang kondisinya sangat buruk, langit-langitnya sudah runtuh dan ruang mushola beralih fungsi menjadi garasi. Hotel dua lantai itu tampak lebih baik dengan adanya LCD TV yang mungkinmampu mengusir kebosanan. Tapi bosan? Saya tidak pergi ke Jogja untuk bosan. So just enjoy this weekend with Jogja. Lupakan tentang galau, lupakan dilema. Just have fun. Bersenang-senang.. :D


Jalan-jalan pertama, tentu saja mengunjungi monument yang tidak mengenalku, yaitu tugu jogja. Apa yang khas dari Jogja selain keraton Jogja? Tentu saja tugu Jogja. Tempat para artis melakukan syuting untuk fil FTV, dan tempat yang sangat Jogja. Setiap orang (baca:orang Indonesia) yang melihat tugu yang satu ini pasti langsung mengetahui bahwa saya tengah berada di kota jogja.Terletak di sebelah kanan Malioboro, tugu jogja berdiri dengan kokohnya di tengah jalan. Keinginan lamaku saat KKn kini telah terbayar, foto dengan Tugu Jogja. Tidak hanya itu kami juga mengunjungi Jalan Pasar Kembang, ingat JALAN Pasar Kembang, menghabiskan waktu sore dengan berbelanja di Malioboro, tersesat di Pasar Beringharjo, dapat topi di keraton,  kepanasan di candi Prambanan, dan menghabiskan malam dengan ngopi bersama para sahabatku hingga tengah malam.

Saya mendapat amukan dari teman saya gara-gara pasar kembang ini yang saya kira benar-benar pasar kembang tanpa jalan. Jadi, dengan polosnya saya mengajak teman saya untuk melihat pasar kembang dengan aneka jenis kembang di pasar tersebut. Setelah kami susuri jalan tersebut hingga jalan pasar kembang tersebut berakhir, namun pasara kembang yang ada di benakku tidak juga muncul. Dengan bekal bertanya kepada bapak tukang becak yang sangat baik hati, akhirnya terbongkarlah kebodohan saya. Pasar kembang bukanlah sebuah pasar, tetapi hanya nama jalan yang pada jaman dahulu sempat menjadi pasar kembang yang sesungguhnya. Such an embarrassing moment.






Tanpa diduga aku bertemu dengan Mas Andy di Jogja, mahasiswa yang mengikuti program CLS di Malang. Pertama pada suatu sore di jalan Malioboro, dia tengah bersama temannya Mbak Rima untuk mencari makan malam. Dan di suatu pagi di depan benteng Vedenburg masih dalam konteks mencari makanan (baca:sarapan). Dia bercerita banyak tentang tempat yang ia kunjungi. Tentang para waria di Jogja yang akan mengadakan doa bersama di bulan Ramadan, tentang sebuah masjid yang berada di dalam tanah (saya sangat penasaran dengan masjid ini), dan kunjungan ke candi Borobudur yang akan dia lakukan. Setelah itu kami berpisah, dan saya melanjutkan kunjungan saya ke tempat wisata yang lain.

Tugu Jogja, Malioboro, Pasar Beringharjo, dan keraton berada pada satu garis lurus. Di dahului oleh Tugu Jogja, menuju ke arah selatan ada Malioboro, kita teruskan perjalanan dari Malioboro ada Pasar Beringharjo, lebih ke selatan ada Benteng Vedenburg, dan pada ujung jalan ada alun-alun keraton selatan. Sebuah rute yang sangat mudah diingat. Untuk pergi ke Prambanan, kita bisa naik transjogja dengan tujuan Prambanan. ada banyak terminal pemberhentian bus transjogja sehingga kita tidak perlu khawatir kebingungan mencari bus transjogja tersebut berada. Ada banyak penginapan, hotel, ataupun motel di sepanjang jalan Malioboro, mulai dari harga yang terjangkau sampai hotel mewah dengan tarif puluhan juta permalam. Hotel-hotel tersebut kebanyakan berada di jalan sosrokusuman dan jalan sosrowijayan.

Itulah pengalaman traveling saya ke Jogja dan Enjoy Jogja.. :)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen "Cinta Terakhir Keysa" (teenlit)

Masa KAnak-KanakQ

PIDATO KESEHATAN