ANTARA



Pernahkah kamu merasa kamu berada di tengah-tengah dua kubu yang berlawanan. Kubu utara dan selatan, kubu allian dan kubu sekutu, kubu benar dan kubu salah. Kamu seolah-olah termasuk dalam kubu benar, tapi sekaligus kamu menjadi anggota kubu salah. Kamu berpikir itu benar, tapi saat itu juga salah tidak selalu salah. Dan kini kamu terjebak dalam sebuah ruang kedap udara diantara dua ruang benar dan salah tersebut. Sayangnya akulah yang berada di posisi itu saat ini, sekarang.

Mungkin sudah menjadi keahlianku sebagai makhluk tuhan berzodiak gemini. Konon katanya, orang yang memiliki zodiak gemini memiliki karakteristik bermuka dua. Apa yang dia tunjukkan tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya. Jika dia memilih A, itu berarti pilihan sebenarnya adalah B, C, D, atau yang lainnya. Jadi berhati-hatilah bagi orang-orang yang hidup di sekitar gemini jika ternyata seorang gemini tidak seperti orang yang kamu maksudkan.

Gemini sering menyembunyikan perasaan hatinya. Dia lebih suka memendam dan memilih untuk menunggu, atau mungkin itu hanya pendapatku saja. Kadang jika ada yang berpendapat tidak sesuai dengan pendapatnya, gemini lebih memilih mengalah dan menggondok di akhir. Untuk itu orang gemini harus sering-sering tersenyum agar wajahnya tidak cepat keriput karena terlalu banyak beban pikiran.

Kembali ke cerita awal. Ini masalah yang aku hadapi di tempat PPL. Entah kenapa kini hawa-hawa tidak kompak itu sudah mulai terasa. Kubu sekutu dianggotai oleh jurusan bhs indo, seni tari, dan mat. Di kubu allian ada jurusan fisika. Kubu allian ini cenderung berpikiran lurus ke depan. Hal ini bisa dilihat dari orang-orang fisika yang suka berpikir lurus dan terpaku pada rumus. Berbeda dengan orang sastra, bahasa, dan seni yang cenderung bebas dan tidak suka dikekang. Aku sendiri mahasiswa PPL jurusan bahasa Indonesia dan termasuk anggota sekutu. Namun di lain pihak aku merupakan sesorang yang gak neko-neko dan tidak pernah melanggar aturan. Jadi aku juga memihak tim allian.

Ceritanya, jadwal pulang di sekolah tempat kami PPL adalah pukul 13.00. Namun bagi kelas 3 ada jam tambahan untuk mata pelajaran UNAS. Di kubu allians, mereka berpendapat bahwa kami harus pulang jam 2 setelah kelas 3 selesai menerima jam tambahan. Kubu sekutu yang tidak sabar memutuskan untuk pulang terlebih dahulu saat anak-anak kelas 1 & 2 pulang. Namun hal ini menimbulkan masalah. Ada seorang guru yang disiplin waktu. Dia selalu mewanti-wanti mahasiswa PPL yang pulang terlebih dulu.  Menurut Grup sekutu jika sudah tidak ada kegiatan mengajar atau sejenisnya bukankah lebih baik pulang dan mengerjakan kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Aku juga setuju dengan pendapat mereka. Kami bukanlah mahasiswa pengangguran, kami juga harus mengurusi skripsi dan lainnya.

Namun kami sekarang bukan lagi mahasiswa PPL di bawah tanggung jawab kampus. Kami sudah diserahkan kepada kepala sekolah SMP di Malang. Oleh karena itu, kami juga sudah masuk dalam keluarga besar sekolah dan sudah sepantasnya kami mematuhi aturan yang ada di sekolah. Nah dari sini muncul kegalauan dalam hatiku #ceilahh.. Intinya saya harus bertindak bagaimana sekarang? Tetap menjadadi grup sekutu dan bertindak sesuka hati atau bergabung dengan grup allian? Ahh.. Ini benar-benar membuatku pusing#memendam kepala dibantal.

Sebelumnya aku anggota sekutu sejati sebelum kemudian saat aku pulang dengan ketiga teman PPL fisikaku. Ada seorang ibu guru paruh baya berbadan subur mengatakan, "ya begini, pulangnya harus tepat waktu. Tidak seperti yang lain, dah ngloyor duluan. Tanda tangan presensi tapi jamnya diundur. Ingat Tuhan itu tidak tidur lo ya, ini urusannya dengan Tuhan. Ini jurusan apa?"

"Fisika bu,"kata bu Wulan. Dalam hati "Aku bahasa Indonesia."

"Ini ada bahasa Indonesia juga bu," kata pak Reka.

"Loh bahasa Indonesia! Bukannya jurusan bahasa Indonesia itu biangnya pulang cepet."

Waduh kok kayak gini pandangan ibu ini terhadap mahasiswa PPL bahasa indonesia. Jujur saat itu aku tidak tahu harus berkata apa. Apakah harus mengiyakan atau menolak. Tapi kurasa kalau aku mengatakan tidak akan ada babak baru dalam cerita ini, sehingga aku putuskan untuk tersenyum saja.

Memang ibu ini adalah ibu guru yang suka menegur siswa PPL yang suka pulang cepat, sehingga pamornya cepat menanjak dikalangan anak-anak PPL. Bukan pamor yang baik kurasa, karena sikapnya yang radikal dan blak-blakan tidak sesuai dengan prinsip grup sekutu. Maka ibu ini dijadikan bulan-bulanan dan topik terhangat di ruang PPL. Aku akui ibu ini memang disiplin tetapi bahkan guru tata terbit tidak pernah mempermasalahkan perihal jam pulang anak PPL.

Intinya. Ibu berbadan subur itu memang benar. Kurasa kita harus mematuhi peraturan dimana kita berada seperti kata pepatah "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung." kita tidak bisa bersikap semau gue, karena mungkin benar baik bagi kita, tapi belum tentu orang lain berpikiran sama. Jadi junjungnlah peraturan, adat, tradisi, yang ada dimanapun di tempat kita berada. dan semoga semua bisa bersatu lagi dan saling mendukung lagi seperti dulu.






 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen "Cinta Terakhir Keysa" (teenlit)

Masa KAnak-KanakQ

PIDATO KESEHATAN