INDONESIA UNTUK DUNIA

Mini bus yang kutumpangi sudah memasuki wilayah kabupaten Malang. Liburan lebaran yang menyenangkan batinku, dan kini aku harus kembali ke rutinitas semula sebagai mahasiswa perantau. Kali ini aku menaiki kendaraan yang telah disiapkan oleh Dinas Perhubungan untuk para pemudik yang akan kembali ke kota perantauan. Dishub menyediakan 4 buah bus, 3 bus mengantar para pemudik dengan tujuan Surabaya dan hanya 1 bus dengan tujuan Malang. Tidak hanya gratis, tapi fasilitasnya juga sangat nyaman. Selain ber-AC, full music (baca: Evie Tamala "Aku Rindu Padamu"), dan dapat konsumsi gratis. Jadi saya berangkat ke Malang dengan perasaan terhormat. Hahaa

Kedatanganku ke Malang saat ini terasa berbeda dengan kedatangan-kedatanganku yang sebelumnya, menyisakan kenangan tak terlupakan. Bahkan hatiku masih bergetar jika mengingat saat-saat itu. Kebersamaan, persahabatan, canda, tawa, semua seakan belum berakhir, masih terus menari-nari di otakku. Mereka selalu menyapaku di setiap terminal pemberhentian. Melambaikan tangan dan melemparkan sebuah senyuman. Tak ingin semua kenangan itu berakhir. Rasanya ingin berteriak "CLS 2012 JANGAN BERAKHIIIIIR"

 Apa sih CLS 2012 itu? Mungkin banyak yang mempertanyakan perihal CLS. CLS merupakan singkatan dari critical language scholarship program. Ini adalah sebuah program dari Amerika yang memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang ada di sana untuk mempelajari bahasa dan budaya dari negara lain. Ada banyak negara tujuan, misalnya Jepang, Korea, dan tentu saja Indonesia.

Pertanyaan lain yang muncul adalah kenapa mereka mau belajar bahasa Indonesia? Apa pentingnya bahasa Indonesia bagi mereka? Bukankah mereka sudah faseh berbahasa inggris yang notabene bahasa internasional? Eits.. Jangan salah, kecil-kecil begini Indonesia memiliki peran yang penting di mata dunia. Dari wawancara saya dengan salah satu mahasiswa Amerika (sebut saja mas Joel), dia mengatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa Asia Tenggara. Sebagian negara-negara di Asia Tenggara, khususnya rumpun Melayu, menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa melayu yang mirip dengan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari. Sebut saja Malaysia, Brunei, Filipina Selatan, Timor, dan Thailand Selatan. Oleh karena itulah kenapa bahasa Indonesia disebut sebagai bahasa Asia Tenggara. Alasan berikutnya ialah ternyata bahasa dan kebudayaan Indonesia diajarkan di perguruan tinggi di Amerika sebagai mata kuliah khusus Asia, khususnya Asia Tenggara. Saat saya bertanya apakah bahasa lain, misalnya bahasa Malaysia tidak diajarkan di Amerika? Dia menjawab tidak. Jadi berbanggalah kita sebagai bangsa Indonesia karena negara kita dikenal sampai di Amerika, dan jangan sekali-kali kamu malu dan mempermalukan negaramu. Berita bagus juga untuk guru Bahasa Indonesia karena peluang untuk menjadi pengajar bahasa Indonesia di Amerika cukup besar. Hidup bahasa Indonesia..

Keikutsertaanku dalam program CLS ini mengantarkanku menjadi peer tutor dari Mas Joel Sellereit. Kalau boleh saya bekata, kesan pertama bertemu dengan mas Joel saya merasa orang ini kaku, tidak asik, mungkin terlalu serius. Saya tidak tahu apakah saya bisa menikmati program CLS ini. Pasalnya sebagai seorang tutor perempuan tidak semestinya mendapatkan mahasiswa laki-laki. Tapi saya yakin saya dan Onny dapat melakukan yang terbaik untuk mas Joel. Seiring berjalannya waktu kesan pertama saya sedikit demi sedikit mulai terkikis. Bila kesan awal saya menyebutkan bahwa mas Joel itu adalah orang yang kaku, ternyata pandangan tersebut salah total. Mas Joel itu gokil abis2an. Teringat saat pulang sehabis jalan-jalan bareng ke Pasar Besar dan klenteng en ang kiong bersama mas Andy, mereka dengan gilanya membabi buta mencari penumpang angkot karena si angkot tidak juga berjalan hampir setengah jam karena kurang penumpang.

Semakin lama kami bisa saling terbuka. Saat sesi tutorial berlangsung, kami sering bercerita tentang segala hal termasuk gosip-gosip panas yang sedang beredar saat itu. Tentang kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan, cerita romantis bertemu wanita filipina jepang di Hawai, cerita buruk diserang burung gagak saat berada di Amerika, pertanyaan konyol tentang tipe wanita yang disukai (untuk mbak IDP), diajak kawin wanita gila yang baru ditemuinya di alun-alun kota Malang, menangis karena kangen dengan keluarga di Amerika, dan masih banyak lagi.

Hal lain yang tidak bisa saya lupakan adalah bermain bulutangkis di halaman gedung d8. Pada saat itulah saya merasa saya tidak bisa sekaligus saya merasa bisa bermain bulutangkis. Bingung? Mungkin karena sering bermain dan kalah, jadi keinginan saya untuk maju dan menjadi juara lebih besar #lebay. Ya saya merasa bahagia bermain di halaman d8 karena ada banyak alasan yang saya utarakan jika saya kalah, dan alasan terfavorit saya adalah karena ada angin jadi shuttlecocknya tertiup angin.

main bulutangkis melawan anak kecil

Foto perpisahan
kelas karawitan setiap hari senin

foto bareng adik pertama, dan adik kedua

Pose setelah elective class
foto bareng Mbak Maho dan Mas Joel


Yang hilang saat program ini selesai adalah rutinitasnya itu sendiri. Jadwal CLS menuntut saya untuk melakukan tutorial setiap jam 2 siang, dan hal itu berlangsung selama 2 bulan. Walaupun tidak setiap hari saya melakukan tutorial, tapi saya juga harus menemani mahasiswa saya saat Onny terlambat datang pada jadwal tutorialnya, but it is fine at all. Coba bayangkan bagaimana rasanya jika rutinitas yang setiap hari kamu lakukan tiba-tiba hilang begitu saja. Ya saya merasa seluruh kehidupanku direnggut dengan paksa, hampa, dan menjadi seperti orang linglung yang tidak tahu harus berbuat apa. Mungkin saya harus menyesuaikan diri lagi dengan rutinitas yang baru. Skripsi.

Semua kenangan yang ada di CLS tidak akan terlupakan. Tidak sabar rasanya menunggu tahun depan dan bertemu dengan mereka lagi. I have missed you all.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen "Cinta Terakhir Keysa" (teenlit)

Masa KAnak-KanakQ

PIDATO KESEHATAN