Scary Love

by Elva N.S

 Siang yang cerah, langit biru yang disapu dengan awan tipis membuat suasana hari ini sangat cocok untuk bersantai. Sekedar membaca buku di taman atau berbaring di padang rumput danmenikmati keindahan alam ciptaan sang Maha Pencipta mampu membuat pikiran menjadi relaks. Begitu pula suasana di kampus siang ini. Banyak mahasiswa yang duduk-duduk di taman berkelompok, tengah asik mendiskusikan sesuatu. Beberapa yang lain lebih memilih merapat di kantin kampus untuk mengisi perut keroncongan yang belom diisi sejak pagi.

Di beranda kampus aku menjumpai Pram tengah asik dengan tabletnya. Setiap lekukan di wajahnya, sorot matanya yang menunjukkan ketegasan dan senyumnya yang mempesona. Sungguh pemandangan yang sangat sempurna, hingga aku tak mau lekas beranjak dari posisi ini.

“Serius banget!” sapaku.

“Oh.. Hey?” balasnya, “Tidak ada kerjaan, dan males pulang.”

Sedetik kemudian dia tertawa sambil memelototi layar tabletnya, sedangkan aku hanya melihatnya dengan tatapan aneh.

“Maaf, ada temanku yang gila. Haha,” katanya tak bisa menahan tawa. “Lihat?” Pram menunjukkan tabletnya.

“Ri-na. Perempuan? Kau belom pernah bercerita tentang dia sebelomnya,” tanyaku bingung.

“Ya. Pertama kali gue bertemu dengannya saat liburan di Bali. Ternyata dia juga berasal dari kota yang sama. Kami memiliki hobi yang sama, dan begitulah kami cepat akrab satu sama lain.”

“Oo..”

“Setelah gue kenal sama dia, ternyata anaknya gokil abis. Gila. Lebih gila daripada gue,” katanya melanjutkan.

“Bagaimana coba kalau gak ada Rina?”

“Bener banget lo. Kalau gak ada Rina pasti liburan gue bakalan hampa. Eh, enggak. Lebih tepatnya liburan gue bakalan bener-bener worse at all,” katanya sekilas.

Walaupun aku tahu dia mengatakan itu dengan lalu, tapi aku pikir beruntung banget menjadi Rina itu. Pasti enak banget berada di posisi Rina. Bisa akrab saat pertama kali jumpa dan parahnya mereka bertemu di tempat seromantis Bali. Apa yang terjadi di tempat itu hingga Pram dan Rina bisa sedekat ini. Apa sih yang istimewa dari anak itu? Kenapa dia dengan mudahnya bisa mengambil hati Pram yang baru saja dikenalnya. Pikiranku terus liar mengintrogasi diriku sendiri untuk mencari jawabannya.

Gak bisa. Ini semua gak bisa dibiarkan. Pram milikku dan akan selalu jadi milikku. Aku tak akan membiarkan seorang cewek kemarin sore itu merebut Pram dari tanganku.

“Lo kenapa bengong. Pasti lo penasaran banget dengan Rina. Dia bilang sabtu dia kosong dan mau main ke sini. Gue kenalin deh sama tu anak. Dijamin lo bakalan cepet akrab sama Rina,” katanya berapi-api.

“Pasti. Pasti akan sangat menyenangkan.” Baiklah, siapapun di sana yang bernama Rina. Gue harap lo hati-hati, karena gue gak segan-segan bakal kasih pelajaran sama lo.”

***
“Hei Dik.”

“Pram, lama ga ketemu. Kemana aja bro? tumben ke kantin, masih doyan lo sama makanan warung?” ledek Diki.

“Doyan dong, daripada makan masakannya Zeze. Bisa-bisa mati muda gue.”

“Oh iya. Lo lagi deket sama si Zeze ya? Gue saranin lo hati-hati bro,” kata Diki setengah berbisik.

“ Apaan sih! lo suka ya sama si Ze? Bilang aja bro, gak usah pake ngancem segala. Gue cuma temenan kok sama si Ze. Tenang aja bro,” kata Pram cengengesan.

“Gue serius. Dah banyak berita gak beres tentang tu anak,” kata Diki sambil melahap sesendok besar bakso ke dalam mulutnya. “Malah ada yang bilang dia itu psikopat. Kabarnya dia pernah membuat sahabatnya sendiri pincang gara-gara sahabatnya pacaran sama cowok yang disukainya. Gila gak tu anak!”

“Lama-lama lo kayak cewek yang suka bergosip ya. Dah, habisin tuh bakso dalam mulot lo. Entar muncrat kemana-mana lagi. Gue bilangin ya dik, Selama gue enjoy berteman sama dia, gue gak bakalan mikirin yang aneh-aneh sama Zeze.”

“Itu sih hak lo, tapi gue cuma ngingetin aja bro. lo jangan tersinggung dengan pernyataan gue.”

***
“Hai, kenalin nama gue Rina,” katanya ramah yang membuatku tambah muak. Setelah berhari-hari hidupku gak tenang gara-gara terus-terusan mikirin nih cewek. Akhirnya ketemu juga.

“Hei Ze. Lo diajak kenalan kok malah bengong aja sih!” bentak Pram.

“Biasalah Pram. Dia kan baru ketemu cewek cantik, jadi wajar dong dia terkesima dan tersepona begitu.”

What? Pede banget dia bilang gitu. Dia kira dia siapa. Hello..!

“Oh, nama gue Zeze. Pram sudah banyak cerita tentang lo sebelumnya. Dan satu lagi, gue masih normal.”

Jujur gue ogah kenal sama situ. Ih.. amit-amit. Emang situ oke?

Kenapa aku musti kenalan sama orang ini. Orang yang berpotensi merebut dirimu dari sisiku. Bener-bener tega emang kamu, Pram. Kamu tahu gak kalau aku suka banget sama kamu dan sekarang kamu malah ngenalin aku sama cewek lain yang kamu sukai. Kamu bener-bener pengen ngeliat aku hancur. Gimana jika cewek itu benar-benar lenyap dari mukamu dan sekaligus dari muka bumi ini? Gak bakalan ada cewek lain yang bakalan ngrebut kamu dari tanganku.

“Lah ditanya malah senyum-senyum sendiri nih anak?” Tanya Pram.

“A-apaan?” tanyaku gelagapan.

“Lo dari SMA Pelita 17 juga kan? Kayaknya gue kenal sama lo,” Tanya Rina lagi.

“Lo pasti salah orang. Gue bukan lolosan SMA Pelita 17. Oh iya, sorry kalian musti gue tinggal. Soalnya gue ada kelas sebentar lagi. Sorry ya.” Kataku sambil beranjak dari kantin tempat Rina dan Pram bertemu.

Gue tahu apa yang akan gue lakuin sekarang. Jangan salahkan gue jika gue melakukan ini semua. Kau yang memulai ini semua Pram. Lo yang tidak sadar akan perasaanku dan membuat hati gue hancur berkeping-keping kayak gini. Jangan salahkan gue atas apa yang akan gue lakukan.

Segera ku cari sebuah list nama dalam phonebook gue. Orang yang bisa gue ajak kerjasama.

***
“Gue masih di dalam taxi. Iya, ntar klo dah sampai rumah gue telpon lo deh,” kata Rina.

“Iya, bawel. Eh, mobil di depan gue.. Aaa.” Teriak Rina untuk yang terakhir kali.

Rina meninggal akibat taksi yang dikendarainya membentur pohon di pinggir jalan. Taksi itu kecelakaan karena menghindari mobil yang ada di depannya. Gue dan Pram datang di hari pemakaman Rina. Pram terlihat sangat kaget dan tidak percaya. Pasalnya dia adalah manusia terakhir yang berbincang-bincang dengan Rina. Setidaknya itu yang dia pikirkan. Hujan rintik-rintik membuat prosesi pemakaman berjalan dengan cepat.

Kembali ke hari saat peristiwa kecelakaan terjadi. Gue berjalan menuju mobil yang ringsek di pinggir jalan. Telah banyak orang yang mengerubung mobil itu. Keadaan mobil sangat parah, kaca depan pecah dan bumper mobil sudah tak berbentuk lagi. Pak sopir sudah tidak bisa diselamatkan, sedangkan satu penumpangnya dalam keadaan kritis dengan banyak darah yang keluar dari kepalanya.

Tanganku sedikit menggigil melihat pemandangan di depanku. Kuku-kukuku saling beradu untuk menutupi kepanikanku. Tidak, bukan ini yang aku inginkan. Aku hanya ingin memperingatkannya untuk tidak mendekati Pram lagi. Tapi bukan dengan cara ini. Tidak setragis ini.

“Aku akan menghilangkan semua yang membuatmu sedih. Bahkan jika harus melakukan hal ini,” kata seseorang di sampingku setengah berbisik. Namun tenggorokanku seolah kering, tercekat, tak bisa mengatakan apa-apa.

“Sudah ku peringatkan dia untuk menjauhimu, tetapi dia tidak mempedulikan omonganku. Kau tahu sekarang Ze, siapa laki-laki yang benar-benar ada di sampingmu.”

Aku meninggalkan tempat itu dengan langkah gemetar, nafas gemetar, badan gemetar, dan jiwa yang gemetar.

Malang, 10 Oktober 2012

NB: cintailah seseorang dengan biasa saja, karena bisa jadi orang yang kau sukai menjadi orang yang kamu benci. dan bencilah seseorang dengan bisa saja, karena bisa jadi orang yang kau benci menjadi orang yang kau sukai.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerpen "Cinta Terakhir Keysa" (teenlit)

Masa KAnak-KanakQ

PIDATO KESEHATAN